Jamaah An-Nahdliyah Kajian Tradisi Islam NusantaraKisah 12 Isteri Para RasulHimpunan kisah-kisah misteri para wali AllahBuku 7 : Suluk Malang Sungsang, Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syeikh Siti Jenar,Kisah wali-wali AllahSUNAN BONANG (MAULANA MAKDUM IBRAHIM) Buku-buku yang ditulis belakangan tentang tokoh kontroversial ini sekadar menjelaskan kuburanpara wali yang lain. Mereka percaya bahwa semua wali telah belajar dari masing-masing secara silsilah, kecuali Syekh Ahmad Tijani. Beliau telah belajar langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wa âlihi (saw) walau jaraknya dengan zaman Nabi dipisahkan oleh tiga belas abad. Mereka mengatakan bahwa Nabi saw pernah mendatangi Ketika'Abdul Qadir al-Jailani lahir, sang bayi disambut oleh tangan-tangan keanugerahan yang agung, dan sang bayi diliputi oleh cahaya petunjuk di belakangnya maupun di depannya. Ketika 'Abdul Qadir al-Jailani berusia 5th, sang ibu mengirimkannya ke sebuah madrasah lokal di Jilan. Beliau menuntut ilmu di madrasah tersebut hingga berumur 10th. Vay Tiền Nhanh. Kisah ini bercerita tentang waliyullah yang bertemu dengan wabah penyakit. Kepanikan masyarakat justru sangat berbahaya dan memicu banyaknya korban. Dalam Kitab Hilayatu al Aulia karya Abu Nu’aim Ashfani, diceritakan bahwa di Damaskus Siria beberapa abad yang silam muncul segerombolan makhluk Allah berupa wabah penyakit ganas. Wabah tersebut hendak hendak memasuki kota tersebut. Saat hendak memasuki Kota Damaskus, kelompok wabah penyakit ganas tersebut bertemu dengan salah satu Waliyullah. Dengan karomah yang dimilikinya, ia mampu berbicara dengan segerombolan wabah tersebut. Percakapan pun berlangsung. Waliyullah bertanya, “Mau ke mana kalian?”. Wabah menjawab, “Kami diperintah oleh Allah untuk memasuki Damaskus.” Waliyullah bertanya lagi, “Berapa lama, dan berapa banyaknya kalian akan korban?” Wabah itu pun menjawab “dua tahun dengan seribu korban meninggal”. Dua tahun berlalu. Ternyata jumlah korban meninggal mencapai 50 ribu orang. Ketika Sang Wali bertemu kembali dengan wabah penyakit ini, ia pun bertanya, “Kenapa dalam dua tahun kalian memakan korban 50 ribu orang? Bukannya kalian janji hanya seribu orang meninggal?” Wabah itu pun menjawab, “Kami memang diperintah Allah untuk merenggut seribu korban. Empat puluh sembilan ribu korban lainnya meninggal dikarenakan panik, bukan karena ulah kami”. Kepanikan Saat Covid-19 Justru Memicu Suburnya Penyakit Cerita ini bagi mereka yang menyandarkan keberagamaannya murni pada akal tentu sulit untuk mempercayainya. Beda halnya bagi mereka yang beragama dengan mempercayai adanya karomah kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada hamba yang dicintainya, mereka akan percaya. Seperti bertemunya para ulama dengan baginda Nabi dalam keadaan sadar. Padahal Nabi telah wafat. Terlepas benar atau tidak, percaya atau tidak terhadap cerita di atas, namun kenyataannya kepanikan berlebihan memang menjadi sumber percepatan pembiakan penyakit yang ada di dalam tubuh dan berisiko kematian. Semakin panik justru mereduksi kekebalan tubuh manusia. Begitu juga dengan bencana Covid-19. Kepanikan justru akan lebih berbahaya dari pada dampak wabah virus itu sendiri. Bila menghadapinya dengan rasa takut berlebihan tentu efek buruk akan terjadi pada tubuh. Bukan disebabkan oleh virus Corona itu, tapi penyakit lain yang menjangkit karena terlalu khawatir. Beberapa media saat ini menyuguhkan aneka informasi baik yang positif, bermanfaat bagi masyarakat maupun informasi negatif yang cenderung menjerumuskan dan membuat resah masyarakat. Pemberitaan tersebut bagi sebagian pihak menimbulkan kecemasan yang sangat. Informasi dan berita pandemi Covid-19 saat ini menjadi hidangan yang setiap saat bisa diakses, dilihat, didengar, dibaca, dan bahkan datang sendiri tanpa diminta di smartphone dan teknologi yang lain yang mampu membias ketakutan luar biasa. Sesungguhnya, kepanikan tersebut tidak perlu terjadi. Manusia hanya dituntut untuk melakukan ikhtiar secara maksimal. Bentuk ikhtiar tersebut adalah mentaati anjuran pemerintah dan para ulama yang memang memiliki otoritas untuk memilih tindakan pencegahan. Mereka tentu mengambil kebijakan tersebut berdasar pada petunjuk medis dan kejian keilmuan yang lain. Oleh karena itu penting agar media dan masyarakat untuk tidak meyebarkan rasa takut, khawatir dan membuat kepanikan masyarakat. Cukup dengan memberikan penyadaran tindak pencegahan untuk menumbuhkan kewaspadaan. Waspada tentu saja sangat dianjurkan, tetapi kepanikan berlebih itu berbahaya. Peringatan Rasulullah Jangan Sebar Kepanikan dan Berita Menakutkan Dan sebagai umat Islam kita dilarang untuk menyuguhkan berita provokatif yang bisa menimbulkan keresahan dan kecemasan di masyarakat. Apalagi berita itu bohong. Berita benarpun diupayakan tidak menimbulkan kepanikan dan rasa takut berlebih. Nabi bersabda لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” Shahih Sunan Abi Dawud Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi saat ini adalah memberi edukasi, kewaspadaan dan rasa tenang. Tidak perlu ikut menyebarkan berita terkait yang tidak jelas sumbernya atau membuat panik. Masyarakat tidak perlu ikut menyebarkan gambar-gambar yang menyeramkan tentang korban Covid-19 supaya tidak menimbulkan ketakutan di masyarakat. Allah berfirman وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. QS. Al Baqoroh 155 Mukmin sejati adalah mereka yang menganggap bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah. Apapun bentuk ujian dari Allah hanya untuk lebih memperkuat keimanan. Wabah maupun bencana sejatinya adalah petaka bagi mereka yang mungkar dan ujian kesabaran bagi orang beriman. Mari kita bergandengan tangan untuk melawan covid-19 ini dengan cara melawan kepanikan dan ketakutan berlebihan. Tingkat kewaspadaan dengan selalu menjaga jarak dan membudayakan kebersihan. Selebihnya adalah berdoa dan tawakal, semoga ujian ini cepat berlalu. Setiap kita pasti punya perjalanan. Setiap kita juga punya kisah hanya sepenggal kisah. Tentang perjalanan spiritual selama 7 hari bertepatan dengan libur lebaran tahun 2018. Dari Jakarta - Surabaya - Jakarta dengan rute yang berbeda, sekitar km sudah ditempuh. Wisata ziarah ke makam 5 dari 9 wali songo yang ada di tanah dan keluarga akhirnya sampai di puncak pendakian spiritual semalam, tepatnya malam Jumat, 21 Juni 2018 di Makam Sunan Gunung Jati atau dikenal Syarif Hidayatullah, salah satu wali songo yang berdakwah di tanah Jawa bagian barat tepatnya di Cirebon. Di puncak tertinggi area pemakaman Kasepuhan Cirebon di daerah Gunung perjalanan wisata ziarah penuh muatan refleksi dan pembelajaran tentang sejarah dan perjuangan para wali songo dalam menebar ajarannya melalui cara-cata yang baik, santun, dan bijak. Sungguh, bisa menjadi cermin kehidupan manusia zaman memulai wisata ziarah, dengan singgah ke makam 1 Sunan Gresik di Gresik, lalu dilanjutkan ke makam 2 Sunan Ampel di Surabaya, kemudian menyusuri jalur utara ke makam 3 Sunan Bonang di Tuban, berlanjut ke makam 4 Sunan Kalijaga di Demak, dan berpuncak di 5 Sunan Gunung Jati di Cirebon. Lima dari 9 wali songo telah saya "napak tilas". Alhamdulillah. Ada banyak hikmah da pelajaran di dalamnya. Hingga tersisa yang belum saya datangi adalah makam Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, dan Sunan Kudus; 4 anggota wali songo. Insya Allah, jika diberi kesehatan dan kesempatan bisa dilakukan di masa ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, saya menyebutnya sebagai "puncak pendakian spiritual" kali ini. Puncak, karena memang makam Sunan Gunung Jati terletak di tempat tertinggi, di pintu ke-9 dari undakan yang ada di area pemakaman Kasepuhan Cirebon. Mengapa makam Sunan Gunung Jati menjadi puncak pendakian spiritual? Di samping menjadi kunjungan terakhir dalam perjalanan wisata ziarah saya kali ini, juga mendapat perlakuan dan pengetahuan istimewa di makam Sunan Gunung Jati. Apa pasalnya? Ada beberapa hal alasannya1. Bersyukur, karena saya dibantu kawan semasa kuliah Sdr. Tabroni dan keluarga yang kini guru di Cirebon bisa mendapat "jalur khusus" menuju makam Sunan Gunung Jati yang berada di pintu ke-9 atas relasi dengan Ust. Nanang, salah seorang juru kunci makam. Sungguh, tidak banyak orang yang bisa mencapai persis di sisi makam Sunan Gunung Jati yang sangat sakral dan penuh Patut diketahui, rombongan ribuan umat yang berziarah ke makam Sunan Gunung Jati biasanya hanya bisa sampai di pintu ke-3 saja untuk mengaji atau berdoa sebagai penghormatan terhadap para pendakwah Islam di level wali songo. Karena ada aturan main yang harus dipenuhi dan tidak banyak peziarah bisa sampai ke sisi makam di samping mendapat penjelasan tentang Selama di makam, kami mengaji dan meng-agungkan asma Allah sebagai bagian perjalanan pendakian spiritual untuk mengenal sejarah dan meneladani perjuangan Sunan Gunung Jati di masanya. Sangat bersyukur bisa "bertandang" ke makam ulama atau wali yang telah membangun peradaban Islam yang baik di tanah Untuk diketahui, Makam Sunan Gunung Jati tidak sendiri. Tapi di sampingnya terdapat pula makam Fatahillah panglima perang Batavia dan Nyai Rarasantang atau Syarifah Mudaim Ibu Sunan Gunung Jati yang juga anak dari Prabu Sebagai salah satu wali songo, Sunan Gunung Jati berdakwah dalam banyak hal. Di antara yang menjadi pesannya adalah pentingnya membantu fakir miskin, menjaga shalat harus khusu dan tawadhu, selaku bersyukur, banyak bertaubat, dan jadilah orang hikmah perjalanan spiritual ke makam Sunan Gunung Jati. Pelajarannya, lakukanlah perjalanan agar kita tahu bagaimana cara mencapai tujuan. Lebih baik melakukan perjalanan dengan baik daripada hanya bertekad merebut tujuan atau saja hikmah wisata ziarah ke makam para wali?Tentu ada banyak, tentu berbeda-beda. Tiap orang berbeda niat dan motifnya. Tapi khusus saya dan keluarga hanya untuk napak tilas dan memahami spirit perjuangan para wali di masanya. Ketika ke makam Sunan Kalijaga, hikmahnya "jadilah hamba yang selaku siap untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, tekun beribadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negara, terus mencari ilmu dan jadilah hamba yang mau hidup prihatin atau tidak berlebihan dalam hal apapun. Sosok Sunan Bonang sang pencipta lagu "tombo ati" mencerminkan pentingnya berdakwah dengan menguasai ilmu secara penuh. Jangan berlayar ke lautan bila tak cukup ilmu dan keahlian. Cukup diam bila tak tahu banyak. Kerjakan saja urusan makrifatullah, urusan kita sebagai hamba kepada sang Sunan Ampel. Melalui ajaran "moh limo", beliau pesan agar kita selalu menjaga akhlak dan moral dalam keadaan apapun. Zaman boleh maju, dunia boleh digenggam. Tapi akhlak dan moral baik adalah ke makam Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, bisa belajar tentang sosok yang santun dalam bergaul dan berbahasa pada siapapun. Ia tahu tiap manusia hakikatnya berbeda tapi itu bukan untuk dipertentangkan. Melainkan tunjukkanlah segala sesuatunya dengan memperlihatkan keindahan dan kabaikan, khususnya menyangkut soal pendakian spiritual ada dan bisa diraih dalam wisata ziarah para wali songo. Intinya, belajar dari para wali songo dan mengambil hikmahnya. Bahwa tiap manudia diingatkan akan pentingnya hidup tetap bijaksana, adil, damai dan penuh toleransi. Karena itulah modal untuk bisa menjadikan diri kita dan peradaban umat menjadi lebih baik ke depannya, seimbang dunia maupun akhira sesuai dengan sejarah memang sesuatu yang telah lalu. Tapi sejarah adalah "jalan" untuk menjadi sekarang. Siapa yang lupa sejarah, maka ia pasti lupa diri. Ziarah wisata 5 dari 9 wali songo, saya menyebutnya "sebuah pendakian spiritual". Alhamdulillah dan salam ciamikk... CatatanPerjalananIdulFitri WisataZiarahWaliSongo › Buku›Ziarah Para Wali, Perpaduan... Wali Berandal Tanah Jawa merupakan buku yang menggugat terhadap ragam buku Islam ortodoks yang semakin menguat di Indonesia. Fenomena ini menarik George Quinn, untuk meneliti praktik perpaduan Islam, sejarah dan mitos OlehMartinus Danang Pratama Wicaksana 5 menit baca Tradisi ziarah di Jawa merupakan gugatan terhadap ragam buku Islam ortodoks yang semakin menguat di Indonesia. Praktik ini memadukan antara keimanan Islam dengan sejarah lokal yang dibumbui oleh Cover buku Wali Berandal Tanah JawaData Buku Judul buku Wali Berandal Tanah JawaPengarang George QuinnPenerbit Kepustakaan Populer GramediaTahun terbit 2021Jumlah halaman xvi+552 halamanMakam para wali Allah atau situs-situs keramat hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa dan Madura. Lokasi nya ada yang tersembunyi karena bersebelahan dengan masjid, di puncak-puncak gunung, atau di tengah hutan. Namun, tempat-tempat tersebut justru banyak didatangi orang untuk berdoa memohon keselamatan dan orang Jawa, situs ziarah menjadi sebuah penanda hubungan antara mereka dengan para leluhurnya. Tempat-tempat itu biasanya memiliki cerita serta mitos beragam sehingga membuat peziarahh terkagum-kagum. Namun, tidak jarang cerita tersebut sangat jauh menyimpang dari kenyataan ini menarik George Quinn, seorang peneliti dari Australia untuk menelaahnya dalam bukunya yang berjudul Wali Berandal Tanah Jawa. Sebelumnya, buku ini telah diterbitkan pada tahun 2019 dalam edisi Bahasa Inggris berjudul Bandit Saints of Java How Java’s Eccentric Saints are Challenging Fundamentalist Islam in Modern menawarkan informasi historis tentang tempat-tempat ziarah di Pulau Jawa dan Madura namun juga kisah legenda para wali. Sumber referensinya tidak hanya kitab sastra Jawa kuno dan Kitab Suci Al-Qur’an. Namun, ia juga mewawancarai juru kunci dan para peziarah. Bahkan Quinn tidak segan-segan ikut larut melakukan ritual bersama peziarah .Wali “berandal”Proses penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan oleh para wali yang lebih dikenal sebagai Wali Sembilan atau Wali Sanga. Mereka adalah para ulama yang melakukan dakwah Islam dengan cara melebur dalam praktik kultural di masyarakat. Hal ini membuat masyarakat Jawa dengan mudah memeluk agama Islam di tengah pesatnya kerajaan yang beragama Hindu-Buddha saat ulasannya yang pertama dalam buku ini Quinn mengangkat kisah salah satu Wali Sanga yang bernama Sunan Kalijaga. Sebelum menjadi seorang wali menurut teks berjudul Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga bernama asli Raden Mas Said putra dari adipati Tuban. Suatu ketika ia berselisih paham dengan ayahnya yang sering menimbun bahan makanan padahal rakyat jelata di Tuban banyak yang ini memicu Raden Mas Said untuk keluar dari istana menjarah gudang makanan ayahnya kemudian dibagikan secara sembunyi-sembunyi kepada masyarakat yang kelaparan. Ia juga mengganti namanya menjadi Brandhal Lokajaya. Istilah brandhal terang-terangangan menegaskan profesinya sebagai perampok atau bandit. Kisah inilah yang menjadi inspirasi Quinn dalam memberikan judul bukunyaNamun, Quinn tidak mengangkat semua cerita tentang Wali Sanga. Ia memilih beberapa wali yang ceritanya dianggap unik dan kontroversial, tetapi makamnya diziarahi oleh banyak orang. Apabila diurutkan, akan ditemukan sepuluh wali yang terdapat dalam buku ini antara lain Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Jayabaya, Ki Boncolono, Sunan Panggung, Mbah Priok, Mbah Maridjan, Pangeran Jimat, Eyang Jugo, dan Sultan memilih mereka tidak semata-mata karena pengaruhnya dalam sejarah Islamisasi di Indonesia. Ada beberapa tokoh di luar dari lingkaran para wali namun dipercaya oleh masyarakat memiliki kedekatan dengan Allah pada masa hidupnya. Mereka adalah Jayabaya, Mbah Maridjan, dan Ki Boncolono yang dianggap membawa pengaruh besar dalam Islamisasi di tingkat satu contohnya adalah kisah Jayabaya yang merupakan raja dari Kerajaan Kediri di abad ke-12 dikemas ulang menjadi seorang Muslim. Menurut cerita, Raja Jayabaya mengundang seorang pedagang Muslim dari Persia bernama Wasil Syamsudin ke istananya. Kemudian, Raja Jayabaya belajar ilmu ladzuni dan ilmu isyaroh yang kemudian berdampak besar ketika menyusun kitab Jangka Jayabaya. Kitab tersebut berisikan ramalan yang akan terjadi di Jawa. Beberapa ramalannya diyakini kebenarannya oleh orang Islam..Kompas Para peziarah berdoa di Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa 11/10. Setiap hari ratusan orang berziarah untuk memohon berkah dan mendoakan salah satu Wali Songo yang menyebarkan syiar Islam di Pulau Jawa Ikhsan Mahar SAN11-10-2016Laku ritualPraktik ziarah sebenarnya merupakan tradisi yang diwariskan dari kaum abangan di tanah Jawa. Istilah abangan sendiri berasal dari kajian Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java. Geertz membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok yakni priyayi, santri, dan abangan. Menurut Geertz, Muslim santri adalah kelompok yang taat menjalankan setiap peraturan dalam ajaran Islam, bertolak belakang dengan Setiap bulan Ruwah, banyak peziarah mengunjungi Masjid Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu 16/7. Selain berziarah ke masjid yang dibangun Wali Songo itu, mereka juga mengunjungi makam Sultan Demak pertama Raden Patah dan Museum Masjid Hendriyo Widi HEN16-07-2011Kaum abangan merupakan Islam sinkretik yang berpusat di lingkungan pedesaan Jawa. Meskipun menyebut dirinya Muslim, mereka tidak mempedulikan aturan ketat di dalam ajaran Islam. Mereka juga merangkul beragam kepercayaan terhadap roh, perdukunan, dan ilmu gaib sehingga makam keramat menjadi unsur induk bagi abangan. Sehingga, tak mengherankan aktivitas ziarah ke makam-makam keramat erat kaitannya dengan kelompok melakukan laku ritual dengan cara berdoa kepada wali setempat entah sebagai tokoh yang memiliki kekuatan gaib atau sebagai perantara antara manusia dan Allah. Kelompok ini juga mempersembahkan sesaji dan hadiah pembacaan ayat suci disertai dengan permohonan meminta keberkahan atau dalam ungkapan bahasa Jawanya ngalap berkah. Ragam ibadah ini dipandang sebagai “transaksi” kepada wali atau Allah, atau bentuk perjanjian untuk “membayar” dalam bentuk tertentu jika bantuan yang diminta masa kiniPada masa kini praktik ziarah lokal menjadi populer bagi sebagian orang namun ada sedikit perubahan dalam melakukan laku ziarah yang dianggap sesat. Quinn melihat bahwa kaum santri mulai tertarik untuk mendatangi makam-makam keramat. Beberapa faktor pendorongnya adalah frustasi akibat penantian panjang untuk bergilirian naik haji, bisnis wisata spiritual, dan upaya mengurangi rasa kebosanan dalam melakukan ziarah di ziarah kini semakin banyak mengurangi praktik gaya abangan. Semakin banyak papan tulisan yang menonjolkan ragam ibadah baku dan peringatan tentang perilaku sesat. Beberapa acara peringatan di tempat ziarah yang dahulu sarat akan daya magis mulai disesuaikan dengan ragam Islam ortodoks seperti pembacaan Al-Qur’an secara massal dan pengajian melalui Kementerian Pariwisata juga mendorong ziarah lokal tidak hanya bermanfaat dari segi rohani saja tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar makam keramat. Hal ini kemudian memunculkan sektor jasa yang diberi label wisata ziarah, wisata religi, dan bahkan wisata syari’a. Litbang Kompas

kisah perjalanan spiritual para wali allah